Agama dan Kekerasan, Ketuhanan dan Ketakutan
Pendahuluan
Pada saat ini agama dilihat sebagai sumber kekerasan karena banyak kekerasan mengatasnamakan agama. Kekerasan yang mengatasnamakan agama ini menjadikan agama kehilangan citranya sebagai pembawa kebenaran sejati, keharmonisan, damai dan cinta sebagaimana eksistensinya di dalam hidup penganutnya. Dengan berbagai peristiwa ini, sepertinya agama telah keluar dari hakikatnya sendiri dan agama tidak lagi menjadi sebuah motor pengerak ke arah keharmonisan hidup yang juga mengandaikan adanya cinta di dalamnya.
PBB sebagai organisasi dunia yang mempunyai peran besar dalam menjaga stabilitas keamanan dunia. Kesadaran ini menghantar PBB (UNESCO) untuk mengadakan konfrensi di Paris, februari 1989 , dengan tema “Tidak ada perdamaian dunia tampa perdamaian keagamaan”. Jelaslah agama sekarang ini dilihat sebagai penyebab kekerasan di masa ini. Dari kenyataan ini, Agama mendapat tantangan yang besar untuk mengembalikan citra agama yang adalah pembawa damai dan cinta bagi semua umat manusia.
Pertanyaan yang kiranya munculnya dari keadaan seperti ini adalah benarkah agama membawa atau mengadung cinta dan damai? Benarkah kekerasan itu bagian dari agama ?. kedua pertanyaan ini menjadi penuntun bagi penulis untuk membuata tulisan ini.
Arti agama dan kekerasan, ketuhanan dan ketakutan
Sebelum masuk ke dalam pokok atau isi tulisan ini saya hendak memaparkan makna yang terkandung pada judul tulisan ini agar tidak mengalami kesalahpahaman oleh karena itu perlulah mengetahui arti dari setiap kata pada judul tulisan ini. Agama adalah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan dan peribadan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungan.
Kekerasan adalah perihal yang bersifat atau bercirikan keras, dan perbuatan seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedara atau matinya orang lain atau menyebabkan kerukan fisik atau barang orang lain. Bila kita merujuk pada arti ini maka dapat dikatakan bahwa agama dalam arti tertentu sudah berada di dalam kekerasan. pada saat ini mengalami masa yang sulit. Masa sulit itu dikarenakan oleh adanya tindak kekerasan yang mengatasnamakan agama. Hal ini menunjukan bahwa agama saat ini tidak lagi menjawab fungsi moralnya di dalam masyatakat pada saat ini.
Ketuhanan adalah sifat keadaan Tuhan, dalam arti lainnya adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Seseorang yang beragama tentu memiliki sesuatu yang di sembah, sesuatu itu biasa disebut dengan istilah Tuhan. Tuhan adalah Sesuatu Yang Maha Tinggi. Orang yang beragama berkaitan erat dengan Tuhan atau dewa-dewa, sebab Tuhan atau dewa-dewa merupakan dasar dan tujuan yang hendak dicapai oleh manusia yang beragama.
Ketakutan adalah perihal rasa takut; rasa takut; keadaan takut; keseganan; kata sifatnya adalah kekhawatiran dan kegelisahan; keadaan takut dan menderita takut. Fungsi moral terkandung di dalam nilai-nilai keagaman. Setiap agama memiliki nilai-nilai keagaman yang patut dijunjung dan dihargai oleh setiap pemeluk agama itu sendiri. Sayangnya nilai-nilai itu tampaknya harus dihadapkan dengan keadaan agama-agama saat ini yang juga tampaknya kekerasan di dalam keseharian. Ada begitu banyak kekerasan saat ini berkaitan dengan agama.
Setelah manusia mencapai rasa aman di dalam agama, ada ketakuatan lain yang muncul yakni takut akan rasa aman itu hilang dari padanya. Hilang ini dapat berati bahwa adanya ganguan dari pihak lain. Ketika stabilitas yang ada diancam atau diganggu maka ada reaksi yang muncul untuk mempertahankan eksistensi dari agama itu. “Pengganggu” itu dapat berupa agama lain dengan ajaran agamanya dan juga pudarnya kepercayaan orang yang beragama. Dalam tulisan ini lebih cenderung pada ancaman yang berasal dari agama lain, sehingga munculah tindak kekerasan mengatasnamakan agama.
Wajah kekerasan dalam agama
Disini akan dipaparkan berapa kejadian yang menconreng muka agama dengan kekerasan, data-data kekerasan ini diambil bukan berdasarakan urutan waktu terjadinya tetapi hendak memperlihatlkan bahwa kelima agama besar dunia saat ini mempunyai wajah kekerasan :
Waktu Peristiwa Negara
6 Desember 1992 200 orang beragama Hindu yang menyembah Dewa Ram menyerbu mesjid, yang menurut kepercayaan Hindu merupakan tempat kelahiran Dewa Ram, selama seminggu 1000 orang tewas karena kejadiaan ini. India
1992 Penindasan orang Budha terhadap orang muslin sehingga adanya perpindahan orang muslim ke Bangladesh. Myanmar
4 Oktober 2008 Ribuan keluarga dan biarawan Kristen di wilayah terpencil Negara Bagian Timur India, Orissa, terpaksa kehilangan tempat tinggal, biara dan tak mendapat bantuan, setelah gelombang kekerasan. India
25-29 Desember 1998, 17-21 April 2000, 16 Mei - 15 Juni 2000. Kerusuhan Poso adalah sebutan bagi serangkaian kerusuhan yang terjadi di Poso, Sulawesi Tengah yang melibatkan kelompok Muslim dan Kristen. Kerusuhan ini dibagi menjadi tiga bagian. Kerusuhan Poso I), Poso II, dan PosoIII. Kerusuhan-kerusuhan tersebut telah menewaskan lebih dari 577 orang. Indonesia
Senin,10Juli 2000 Protestan menginginkan persatuan Irlandia dengan Inggris, sementara kaum nasionalis Katolik dan kaum republiken lebih menginginkan sebuah Irlandia yang terpisah dari Inggris. Irlandia
Agama ditinjau dari sisi psikologi
Agama merupakan sebuah jawaban atas berbagai ketakutan yang ada di dalam diri manusia. Ketakutan beragama ini hidup di dalam diri manusia itu, dalam bahasa tertentu disebut sebagai motivasi beragama. Secara sederhana dapatlah dikatakan bahwa agama merupakan jawaban atas segala ketakutan yang membayangi kehidupana manusia itu. Agama yang ditinjau dari sisi psikologi mempunyai pendekatan yang berbeda dengan teologi dan disiplin ilmu lainnya sehingga perlu dicermati.
Dalam ketakutan ini ada nilai bahaya yang dapat saja muncul. Ketakutan ini mengadung suatu kebutuhan yang harus dipenuhi. Melalui pengertian ini agama dilihat sebagai sesuatu yang fungsional saja. Padahal agama lebih dari sekedar yang fungsional dan makna yang terkandung di dalam agama itu bukanlah seperti yang dipikirkan oleh Sigmund frued dan semua pemikir lainnya yang mengangg.
Manusia dapat merasa takut karena situasi hidupnya dan adanya kesadaran akan sesuatu “Yang Lebih Tinggi”. Ketakutan manusia ini oleh Sigmun Frued dibagi menjadi empat bentuk ketakutan dan istilah ketakutan ini adalah frustasi. Frustasi yang merupakan awal dari ketakutan kemudian dibagi mejadi empat, yaitu :
• Frustasi karena alam
Dalam menjalani kehidupan, manusia tidak dapat lepas dari alam yang ada disikatar dirinya. Manusia merupakan bagian dari alam itu sendiri, karena adanya manusia ini tidak dapat lepas dari adanya alam semesta ini sehingga ada satu kesatuan antara manusia dengan alam semesta ini. Alam dalam pengertian ini adalah semua yang ada di sekitar manusia itu hidup baik itu benda mati maupun benda hidup. Cara adanya alam ini kadang kala sulit dipahami oleh manusia bahkan hadirnya membuat manusia cemas. Kecemasan ini kemudian mengarahkan manusia kepada rasa fustasi, rasa frustasi ini ahkirnya lama-kelamaan menjadi sebuah ketakutan atas hidup. Cara ada alam dalam term ini adalah cara ada alam yang menakutkan dan menyenagkan seperti banjir, keuatan air
• Frustasi sosial
Kehidupan social kemasyarkatan tidaklah dapat lepas dari adanya konflik. Konflikl itu dapat terjadi antara individu maupun dengan individu lainnya dan juga sekelompok individu lainnya. Konflik yang terjadi antar individu mengakibatkan adanya frustasi sosial. Agama dilihat sebagai kompensasi bagi masalah yang dihadapi oleh individu atau manusia dalam hubungan sosial.
• Frustasi moral
Frustasi moral dalam hal ini adalah rasa bersalah. Rasa bersalah menjadikan seseorang kehilangan kebebesan dan gelisah. Rasa bersalah biasanya merupakan rasa bersalah kepada diri sendiri dan juga rasa bersalah kepada orang lain Dengan adanya agama, rasa bersalah itu mendapat tempat pemuasannya.
• Frusatasi karena maut
Sebuah pertanyaan yang sampai sekarang tidak dapat dijawab oleh manusia adalah bagaimana keadaan sesudah kematian. Pertanyaan ini bukanlah pertanyaan yang baru dan sederhana karena semenjak manusia itu hidup, ada juga kesadaran akan kematian; dan ini juga bukan sederhana karena pencarian manusia atas pertanyaan ini sudah berlangsung lama dan usaha untuk menjawab ini rumit bahkan tak terjawabkan.
Agama itu cinta
Cinta bukan hanya milik sebuah agama saja tetapi ada di dalam semua agama yang ada di dunia ini. Agama dapat dilihat sebagai pengejawantahan cinta karena di dalam setiap agama terdapat pesan cinta. Pesan cinta ini bukanlah sebagai penggeneralisasian atas segala ajaran agama di dunia ini. Pesan cinta tampak dalam berbagai ajaran agama itu sendiri. Memang tidak semua agama menjadikan ini sebagai ajaran pokok mereka.
Agama dilihat sebagai cinta merupakan sesuatu yang sungguh-sungguh cocok untuk situasi saat ini. Situasi agama saat ini runyam sebab agama dijadikan alasan untuk tindak kekerasan. Cinta yang merupakan pesan di dalam setiap agama sepertinya kehilangan makna bila dibandingkan dengan keadaan seperti saat ini. Pada intinya setiap agama mengajarkan cinta kepada setiap pemeluknya, hal yang sama pula dilihat oleh Ufi Ulfiah. tulisan ini hanya mengambil lima agama yang menurut hemat penulis mampu mewakili seluruh agama yang ada di dunia, kelima agama itu adalah :
Agama Hindu : Hindu, agama yang lahir 5000-3000 SM memiliki tiga ajaran fundamen. Pertama: tatwan, mencakup pokok-pokok keyakinan, konsepsi ke-Tuhan-an. Kedua: tata susila, mencakup etika, aturan tingkah laku, kaidah normatif bagi pemeluk Hindu. Ketiga: upacara, rangkaian ritus-ritus keagamaan. Atman adalah inti batiniah manusia, sejenis material yang berfungsi memberi tenaga untuk hidup. Atman berasal dari percikan Brahman. sehingga atman memiliki potensi positif yang mengarahkan manusia untuk berbuat baik dan menghindari berbuat kerusakan. Dewa-dewi merupakan refleksi dari Brahma. Ajaran Hindu, meyakini adanya satu kebenaran obsolut yang dinamakan Satya. Atman merupakan unsur dasar kasih yang diberikan oleh Satya. Manusia harus menjalankan kebajikan (darma) dan menjaga atman agar terbebas dari keburukan. Jika manusia sudah menjalankan darma maka akan terpancar cinta kasih. Manusia merupakan totalitas yang terdiri dari atman, badan halus, badan kasar Badan kasar berarti tenaga material yang berupa fikiran, sifat keakuan pada manusia. Badan kasar dijaga agar tidak berpikir negatif, tidak memikirkan hal-hal yang buruk yang akan membuat kerusakan.
Agama Budha : Sidharta Gautama merupakan seorang pangeran yang melarikan diri dari istana lalu hidup miskin, mengembara mencari kebenaran atas hidup dan ahkirnya mendapat pencerahan. Ada delapan “jalan kemuliaan” yang diajarkan Sang Buddha: pengertian benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, perhatian benar dan konsentrasi benar. Delapan ruas jalan kemuliaan itu terbagi dalam tiga tahapan: kesusilaan (sila), konsentrasi (samadhi) dan kebijaksanaan (panna). Tahapan ini dapat dilalui oleh pemeluk Buddha melalui meditasi. Meditasi berupa latihan perenungan, pensucian diri dari hal-hal atau ruh-ruh jahat yang ada dalam diri. Meditasi bukan berarti duduk, berbaring atau berjalan saja, meditasi lebih berarti melakukan perubahan kearah pembebasan umat manusia dari perbuatan jahat dan buruk. Sang Budha mengajarkan bahwa terdapat kama buruk yang selalu membisiki dan mempengaruhi manusia untuk berbuat jahat. Untuk melawan kama buruk, dilakukan latihan kesucian: sila, pikiran, dan pandangan.Sila berarti prilaku yang bernafas cinta kasih universal. Tidak memandang dan tidak memilah. Sila meliputi ucapan, perbuatan dan penghidupan yang benar.Pikiran meliputi: daya upaya dan perhatian yang benar. Daya upaya dilakukan dengan mencegah unsur jahat, memusnahkan unsur jahat, membangkitkan unsur baik. Perhatian yang benar dilakukan melalui aktivitas, perasaan, cita-cita dan konsepsi yang benar.Latihan kesucian yang benar harus membawa orang pada empat tingkatan (dahayana) yaitu pikiran yang positif, keseimbangan batin, kesadaran murni dan menerapkan cinta kasih. Latihan kesucian pandangan dilakukan untuk mencapai kebijaksanaan yang membebaskan. Konsepsi benar menurut ajaran Buddha tidak bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan .
Agama Kong Hu Chu : Ajaran agama ini menekankan etika sebagai inti ajaran. Menurut Ko Hu Cu, etika merupakan ajaran yang dikembangkan oleh orang-orang bijak seperti nabi dan raja-raja. Ajaran etika dimulai dari: diri sendiri, keluarga, kemudian terus meningkat kelingkungan masyarakat dan bernegara. Ada lima sifat mulia yang diajarkan oleh Sang Guru dan delapan sifat kebajikan yang harus dimiliki dan diajarkan oleh pemeluk Kong hu Cu. Pertama: Ren/Ji merupakan prilaku cinta kasih, rasa kebenaran, kebajikan, tahu diri, halus budi pekerti, rasa tepa seliro dan dapat menyelami perasaan orang lain agar tidak menyakiti.Kedua: Gi merupakan rasa solidaritas, rasa membela kebenaran, dan tidak berbuat kerusakan. Ketiga : Li/Lee sopan santun, tata krama dan budi pekerti. Keempat: Le/ Ti bijaksana, pengertian, kearifan, tidak angkuh, tidak sombong dan tidak anarki.Kelima: Sin kepercayaan, rasa untuk dapat dipercaya oleh orang lain serta memegang dan menepati janji.
Ajaran humanisme yang menjadi ruh agama Kong Hu Cu merupakan refleksi teologis, refleksi dari kepercayaan terhadap Sang Thi. Sang Thi adalah kepercayaan terhadap yang kuasa - Thian. Menurut ajaran Kong Hu Cu, Thian memiliki kebenaran tunggal, memiliki sifat positif - yen. Yen atau yang positif dari Tuhan kemudian dipercikan kepada manusia. Manusia telah memiliki benih-benih Yen. Tugas manusia adalah menyebarkan benih-benih Yen, benih cinta kasih..Etika merupakan representasi dari Thian bahkan harus dilakukan oleh penguasa sekalipun. Negara harus memiliki sifat-sifat kemanusiaan.. Ini karena Kong Hu Cu sendiri selain seorang guru spiritual, juga seorang negarawan yang rela meninggalkan kemewahan istana demi untuk mengajarkan ajaran-ajaran kebaikan.
Agama Kristen Katolik dan Protestan : Perlulah diketahui bahwa agama katolik dan Protestan adalah Kristen karena kata Kristen berarti pengikut Kristen. Terjadinya perpisahan antara kedua agama yang dulunya satu ini karena adanya perbedaan pendapat yang di awali oleh Martin Luther tetapi Inti ajaran Kristen sama yaitu kasih, hal ini jelas tampak dalam kitab suci dimana terjadi percakapan antara Yesus dan ahli taurat berkenaan hukum teringgi dan menjadi inti ajaran dari Yesus sendiri : "Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?" Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi." (Matius 22:36 – 40)
Selain itu ajaran Yesus tentang kasih tersebar diseluruh Injil, hal ini juga membuktikan bahwa yang menjadi penekanan Yesus adalah kasih, seperti : “Kasihanilah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menyakitimu” (Matius 5: 44). “Kasihanilah musuhmu, dan berdoalah bagi mereka yang menyakiti mu” (Matius 5:44). “Kasihanilah sesamamu manusia seperti diri sendiri” (Matius 22 :37-38).
Agama Islam : Tokoh sentral dalam sejarah agama islam adalah Muhammad. Muhammad banyak mengalami rintangan dalam mengajarkan ajaran kasihnya. Kalimat “hailaha illallah” bukan semata kalimat penegasan ke-Esa-an akan wujud Allah. Lebih dari itu kalimat. Kepercayan masyarakat arab akan keluhuran nenek moyang yang disimbolkan melalui patung-patung, mengubur kesadaran bahwa mereka sedang ditindas. Pola keberagamaan islam – Muhammad - atas kasih atau cinta didasarkan atas inti ajaran Islam yang mencakup tiga pokok: Iman (tauhid), Islam dan Ihsan.
Islam berasal dari kata aslama-yuslimu- islaman yang berarti kedamaian. Atau kaidah hidup yang menyerukan kepada manusia untuk mengajarkan kasih, kedamaian untuk menuju keselamatan Akar lain yang harus ditanamkan oleh pemeluk Islam adalah Ihsan. Berbuat Ihsan berarti berbuat kebajikan.
Agama yang beradap
Kehidupan manusia berjalan dengan baik apabila dijalankan dengan penuh tanggung jawab dan sesuai dengan aturan-aturan. Agama membantu terciptanya persetujuan mengenai sifat dan kewajiban-kewajiban sosial, selain itu agama berperan vital dalam mendukung dan memperkuat adat istiadat. Kemampuan manusia berlaku demikian mengadaikan adanya keberadaban manusia – budaya. Agama yang beradap dalam pengertian ini bukan hanya memiliki aturan di dalam kehidupan agama itu, tetapi juga mampu menilai keadaan sekitar dan menilai keberadaan agama itu sendiri.
Agama berfungsi sebagai kontrol sosial bagi situasi sosial kemasyarakatan. kontrol social yang dimaksudkan adalah adanya sikap kritis dari agama dalam menyikapi segala keadaan yang ada di dalam kehidupan social. Hal ini sudah merupakan sifat dasar dan ketentuan yang tak tertulis bahwa agama memiliki sifat kontrol sosial di dalam kehidupan. Kuasa kontrol itu dikarena agama diipercayai menghantar manusia kepada keharmonisan dan juga kedamaian hidup.). Dengan control sosial yang dijalankan oleh agama ini, sepertinya agama dalam satu sisi lupa bahwa agama dijalankan juga oleh manusia. Manusia mempunyai kelemahan sehingga dalam menginterpretasi nilai atau ajaran agama dapalah dimungkinkan adanya kesalahan. Akibat yang muncul adalah kesalahan dalam menjalankan maksud terdalam dari agama itu sendiri.
Keyakinan agama dalam kenyataannya dapat dipengaruhi oleh Allah dan juga manusia yang menginterpretasikan sabda Allah itu sendiri. Oleh karena itu butuhlah otokritik agama. Otoktitik agama ini diartikan sebagai usaha untuk introspeksi ke dalam agama. Tujuannya adalah mencari penafsiran ajaran agama yang mengalami kesalahan penafsiran dan kemudian diluruskan sehingga tidak membawa akibat buruk.
Fakta pada saat ini tampaknya mulai jauh dari harapan ini – fungsi kritik sosial dan otokritik - sebab agama telah menjadi bagian dari kekacauan dalam arti lain adalah kekerasan. Kekerasan agama telah menyeret agama ke dalam situasi yang runyam. Kesadaran dari setiap orang beragama menjadi amat penting bagi kembalinya fungsi agama sebagai kritik dan otokritik.
Kekonsistenan mengkritik situasi sosial mengadaikan juga agama terus mengalami koreksi di dalam tubuh agama sendiri dan ketetapan dalam memegang isi kritik yang telah dilontarkan kepada masyarakat. Hal ini amat penting di dalam kehidupan beragama kerena - maupun penerapan segala hal itu perlu mendapat perhatian dari agama dengan fungsi kritik sosial dan otokritiknya itu.
Penutup
Agama saat ini menakutkan karena begitu banyak kekerasan yang mengatasnamakan agama. Agama dijadikan tameng dalam tindak kekerasan. Kekerasan yang terjadi saat ini merefleksikan bahwa agama sedang berada di dalam keadaan yang runyam sebab agama dijadikan alasan untuk melakukan tindak kekerasan. Kekerasan dengan mengatasnamakan agama terjadi pada seluruh agama. Oleh karena itu, hakikat agama sepertinya telah dilanggar dan juga mulai lenyap dengan adanya kekerasaan-kekerasan itu. Agama itu pada hakikatnya mengadung cinta dan damai, kekerasan membuat semua hal yang hakiki ini dilanggar dan mulai dilenyapkan.
Adanya indikasi bahwa orang beragama merasa eksistensi agama yang dianutnya terancam. Ahkirnya kekerasan yang mengatasmakan agama pun disahkan oleh orang yang beragama dan yang merasa eksistensi agama sedang diancam. Akan tetapi, ada dua hal yang dilupakan bahkan tidak disadari bahwa beragama itu adalah sebuah kebebasan dan setiap agama memiliki pesan dan ajaran cinta. Perlulah, kita semua kembali pada kedua hal ini agar agama kembali kepada hakikatnya dan beradap.
Daftar Pustaka
Alkitab,Lembaga Alkitab Indonesia : Jakarta, 2005.
Dister, Dr. Nico Syukur, Pengalaman dan Motivasi Beragama : Pengatar Psikologi Agama, Lappenas : Jakarta, 1982
Departemen pendidikan, Kamus bahasa Indonesia, Balai Pustaka : Jakarta, 2005
Kenne, Michel, Agama-Agama Dunia, terjh. F.A. Soeprapto, Kanisius : Jakarta, 2006.
Notthingham Elizabet K., Agama dan Masyarakat Suatu : Pengatar Sosilogi Agama, Rajawali Pers : Jakarta, 1990.
Shenk, David W., Ilah-Ilah Global : Mengagali Peran Agama-Agama dalam Masyarakat Modern, terjh. Agustin Setiawidi, Gunung Mulia : Jakarta, 2001.
Dari Internet
http://www.icrp-online.org/wmprint.php?ArtID=301
http://asiacalling.kbr68h.com/index.php/archives/2033
http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0007/10/UTAMA/irla01.htm
Artikel-artikel yang ada ada di blog ini merupakan suatu kumpulan pemikiran. kerapkali pikiran-pikiran itu membutuhkan tempat pewujudannya. Blog ini adalah bentuk pewujudan pikiran dan perasaan penulis ketika mengamati sesuatu. Harapan dibalik semua artikel ini, agar hidup, pengalaman, dan refleksi itu terus memiliki makna dan dibagikan kepada sesama. apa yang dibagikan tidak akan pernah hilang dan terterabut.
Rabu, 04 Februari 2009
Senin, 02 Februari 2009
kosong




maaf lagi kosong ide nih, karena aku alam yang telah kehilangan cita rasa sejuk di dalam diri ini. ideku lenyap ketika alamku kosong pula. maafkan diriku bila aku dan kita hancur bersama atau kita pulih bersama agar kita hidup bersama
sebuah kekosongan mengandaikan sesuatu yang perlu diisi. aku dan kita perlu menjadi kosong agar hidup ini menjadi berarti. kitalah yang memberi arti bagi alam, seandainya kita sampai lupa pada alam yang telah membesarkankita, aku takut bahwa nanti kita bisa dilupakan oleh alam. inilah puisi dari alam yang ketakutan dan sedih :
krik.......krik,krik
sh............ss...............ss...
wush.....
sadarkah kita bahwa kita adalah bagian dari alam, ketika kita menindas alam, sebenarnya adalah kita yang ditindas. aku adalah suara alam yang berbicara dan aku pula yang meraung di dalam diriku. selaksa bagianku perlahan akan punah, nyatanya aku membasmi diriku sendiri. apakah hikmat yang kuperoleh tatkala aku sekarat dan mati?
kosong dan kosong itu adalah jawaban agar kita kembali. kembali sadar dan rendah hati untuk memulihkan diri. kosongkan diri dari keserakahan.................
keserakahan telah memakan diriku, aku seakan berada di dalam lingkaran setan yang aku buat sendiri. kau bumi yang hancur dan luluh, aku dan kita pembuat kehancuran.
lajang sekali dirimu, engkau lajang dengan kejujuranmu yang sebenarnya dapat dikatakan telah hilang. serakah telah meniadakan maluku untuk mengatakan engkau binal karena aku, alam, hancur demi hasrat dirimu. buah apa yang kuperoleh? nistakah aku?
sungai terdalam yang mengalirkan rasa ingin tahuku penuh dengan sampah beracun. serakah dan bunyi kenhancuran sekarang seakan satu demi kehancuran. alamku berteriak, alamku menangis dan isaknya mengiris hidupku secara perlahan.
perkembangan illmu menyisakan pertanyaan moral yang harus dijawab apakah ini etis - moral - dan sesuai dengan tata kehidupan yang mengagunkan keutuhan ciptaan. manusia mencari jawaban, tetapi alam tidak sabar untuk menghukum manusia. aku alam dan aku mulai hancur berkeping-keping di ranahku dan dikepenuhanku sehingga aku pun enggan untuk kosong.
jangan membaca ini tampa sebuah rasa yang amat mendalam akan perasaan hancur luluh. sebuah kesadaran yang kerap sadar bahwa akau harus kembali. aku dan kita perlu kosong
kosong
Langganan:
Komentar (Atom)