Jumat, 24 Februari 2017

Making Mistakes in English is OK



Making mistakes in English is OK as long as people understand you. I agree with this opinion because both native speakers in English and people who are using English as a second language certainly ever made mistake when they used English. It is normal. Nobody is perfect.  Studying and learning English without making mistakes are impossible. In my mind, English is just taught in the school, and it is never used at home, except if one of his parents is foreigner.  It means that we rarely use English for daily life. Its impact is that we usually make mistakes when we use English for conversation or making sentence.
Making mistakes is the key to understand a language. Why making mistakes is the key to open and enter into a language? It is because every mistake that we make is the way to make us understand how to say or make a sentence correctly. In short, we learn to improve ourselves from our mistakes. Making mistakes is the way to see our weakness and leak in learning a language, including English.
There are people who think that their English are perfect, but when they meet English native speakers then they realise that they make some mistakes so that their English need to be improved. The same thing prevails to us. Because of that the important thing that we must possess is the ability to accept.  This ability demands us to be humble. But, to be a humble person, we need boldness to accept our lack and weakness.  This boldness is foundation for accepting every mistake that we do when we are learning English. Everyone who wants to use English for his daily life must consider this concept.
Actually, native speaker in English can accept us with all of our lack and weakness. In their mind, we are people who are learning and using English as a second language. Definitely, this is a chance for convincing them that we can use English. They will be happy because we can talk and write in their language. In many cases, English native speakers precisely help people who are using English as a second language for studying and learning English. We just need to practice English to that we minimize every mistake that we make in using English.

Kamis, 16 Februari 2017

Berubah atau Lenyap

Dahulu kala ada seorang filsuf yang mengtakan bahwa perubahan itu mutlak. Kemutlakan itu sendiri ialah perubahan. Peryataan ini terkesan absurb. Inilah kenyataan dari hidup ini. Perubahan itu niscaya. Keniscayaan itu rupanya mutlak, tak dapat ditukar. 
Segala sesuatu itu berubah. Perubahan itu tidak dapat ditolak. Yang dapat kita lakukan adalah menerima, menghadapi, atau kalah diterpa perubahan. Kalau perubahan niscaya dan tidak dapat dielakan, so mengapa perubahan itu ada. Saudaraku, perubahanlah yang membuat hidup ini menarik dan berarti. Apalah arti dunia ini bila ia tidak ada? Yakinlah, hidup kita penuh dengan kebosanan karena semuanya sama. Bertemu dan beraktivitas dalam keserupaan. Kebosanan akan menghantui dan membunuh kita. 
Hidup yang dinamis menciptakan makna. Makna dari statis adalah kehampaan dan kebosanan. Lain halnya, kedinamisan dalam hidup menghadirkan beragam pengalaman. Pengalaman pun menciptakan kualitas dan kuantitas pemahaman. Maksudnya, satu pengalaman bisa ditafsirkan dengan beragam pemahaman. Alhasil, makna pun beraneka. Bagaimana dengan kedinamisan? Kedinamisan hidup memunculkan aneka pengalaman. Pastinya, makna yang dihasilkan pun beragam. Semua ini dapat dimengerti ketika perubahan itu berani direngkuh.
Merengkuh perubahan dengan sendirinya berarti mengimani perubahan. Percaya ia nyata tidak serta-merta berbuah manis. Banyak kerancuan yang muncul. Bagaimana semuanya ini bisa terjadi? Sekarang mari tengok ke dalam diri. Mengimani tanpa berpikir menciptakan kebutaan dan keabsurban. So, bagaimana seharusnya? Perubahan diimani dalam bentuk kesadaran total diri. Mmembiarkan saja perubahan berlalu berarti kita hidup dalam kestatisan. Artinya, kita memilih kehampaan. Akhirnya adalah lenyap. Siapa yang tidak merengkuh perubahan, ia lenyap. Habis hilang dalam lembah hampa makna.

Jumat, 01 April 2011

Keindahan


Semua manusia menyukai dan mencari keindahan. Ada banyak pemahaman dan cara manusia menilai dan mencari keindahan. Karena adanya beragam pemahaman mengenai keindahan, maka sulit untuk mencari suatu definisi umum untuk keindahan. Memang sudah ada beberapa ahli yang berupaya membuat suatu definisi umum itu, tetapi tetap saja belum memuaskan. Ketidakpuasan ini dapatlah dipahami karena keindahan itu selalu berkaitan dengan pengalaman pribadi setiap orang. 
            Pengalaman turutlah menentukan bagaimana  orang memaknai hidupnya. Demikian pula dengan keindahan turut ditentukan oleh pengalaman. Dalam pengalaman itu, presepsi setiap orang dibentuk oleh apa yang orang itu jumpai. Presepsi ini masuk ke dalam diri dan kemudian diolah baik oleh pikiran maupun perasaan sehingga di dalam benak dan pikirannya tercipta suatu pemahaman akan keindahan. Pembentukan pemahaman akan keindahan itu tidaklah hanya ditentukan oleh suatu pengalaman saja. Namun, pemahaman itu dibentuk oleh banyak pengalaman keindahan yang dimiliki oleh pribadi itu sendiri. Pengalaman-pengalaman yang terkumpul itu diseleksi oleh pikiran dan perasaan pribadi itu sendiri. Biasanya pengalaman keindahan itu berkaitan dengan sesuatu yang menyenangkan.
            Pengalaman yang menyenangkan akan keindahan itu mengundang setiap orang untuk mencari keindahan. Pencarian akan keindahan ini akan sesuai dengan pengalaman dan pemahaman masing-masing pribadi. Bila orang memahami dan mengalami keindahan itu sebagai suatu suasana, maka orang itu akan berusaha mencari dan membuat suasana itu tercipta kembali. Ada juga orang yang mengalami dan memahami keindahan itu suatu peristiwa yang menyenangkan, sehingga orang itu akan berusaha mencari peristiwa yang serupa di dalam hidupnya. Berkenaan dengan cara manusia mencari keindahan, ada berbagai macam cara. Yang terpenting dan menarik dari usaha mencari keindahan itu adalah selalu sesuai dengan pengalaman dan pemahaman setiap pribadi.
             Keindahan sebagai sesuatu yang disukai dan dicari memang menuntut dari setiap orang kesadaran dan juga keterbukaan hati. Kedua hal ini harus dimiliki karena keindahan muncul secara tak terduga, walaupun dapat diusahakan oleh setiap orang. Selain itu, keindahan bukanlah soal kecerdasan dan usaha manusia, tetapi kepekaan hati dalam mengamati dan mananggapi seluruh hal dalam hidup ini.

Rabu, 16 Maret 2011

Mencari Makna Dan Kesadaran (Permenungan Atas Rasio Dan Afeksi)



          Sukacita, sedih, marah, dan masih banyak lagi berbagai bentuk afeksi di dalam diri manusia. Afeksi merupakan suatu yang wajar. Setiap orang pasti memiliki dan merasakan dan bahkan memikirkannya. Pergulatan hidup manusia selalu melibatkan afeksi. Pentingnya afeksi bagi hidup manusia pun tidak dapat disangsikan lagi. Memang semua orang melihat betapa pentingnya afeksi, tetapi tidak tahu bagaimana harus memperlakukannya. Persoalan ini sudah menjadi masalah semenjak manusia ada di dunia ini. Sampai saat ini, soal ini juga belum rampung. Ilmu-ilmu pengetahuan yang berkembang saat ini sudah banyak membantu kita untuk memahaminya. Usaha itu tetap saja tidak berhasil mengatasi dan menemukan jalan yang tepat bagi afeksi kita. Lebih buruk lagi, afeksi ketika berhadapan dengan ratio kerapkali direpresikan.
          Pe-represi-an ini bukan saja merugikan manusia sebagai individu. Individu lain juga mendapat akibatnya. Sadar atau tidak sadar afeksi kita selalu diatur oleh ratio. Hampir dalam seluruh perilaku kita, ratio mengawasi dan mengatur. Ruang bagi afeksi baru muncul setelah menghadapi sesuatu yang benar-benar di luar nalar atau pun juga yang dianggap tidak memiliki dasar nalarnya. Kedudukan afeksi benar-benar tidak diperhitungkan. Upaya-upaya yang dilakukan demi peningkatan posisi afeksi bagi hidup manusia juga kerap di bawah kawalan ratio. Dengan gerak demikian, bukan tidak mungkin afeksi semakin jauh dari manusia. Cengkeraman ration dirasa sudah jauh dari batas-batas seharusnya. Berangkat dari keadaan ini, berbagai orang mencoba kembali pada afeksi. Adalah salah bila hanya menekankan sisi afeksi saja. Keseimbanganlah yang dituju. Yang diupayakan adalah ratio dan afeksi berjalan dan bergerak pada jalurnya sendir tetapi tidak mengintervensi antara satu dengan lainnya.

Membangun kesadaran
          Pembangunan relasi seimbang ratio dan afeksi memang bukan pekerjaan mudah. Ada banyak pekerjaan keras yang harus dilakukan. Yang pertama dan terutama perlu digalakkan adalah kesadaran. Kesadaran menjadi prioritas karena ratio dan afeksi memiliki jalurnya masing-masing. Jalur-jalur itu memiliki pola dan aturannya sendiri-sendiri. Pengambilalihan jalur lain sudah merupakan bentuk penyimpangan. Rasio dan afeksi harus paham, mengerti, berkomitmen dan tidak mengintervensi satu dengan lainnya. Intinya, rasio dan afeksi sadar akan posisi masingi-masing. Kesadaran merupakan kunci atas semuanya ini. Kesadaran melakukan penertiban atas segala pelanggaran yang dilakukan oleh kedua kemampuan manusia itu.
          Kesadaran sendiri memilik persoalan. Kesadaran itu selalu diidentikan dengan ratio. Selama ini, gambaran inilah yang terbentuk dalam benak setiap orang. Di satu sisi, pemikiran ini benar. Di lain pihak, gambaran atau pemikiran ini suatu yang salah. Meletakkan kesadaran pada soal rasio pada dasarnya sudah merupakan suatu pereduksian atas hidup manusia. Memang Decartes menyatakan bahwa aku ada karena aku berpikir. Singkatnya adanya diriku, kesadaranku hanya sebatas pikiran. Pemahaman Decartes ini juga sudan mewakili gambaran dunia atas kesadaran. Bentuk pemahaman seperti inilah yang harus segera dirubah.
          Kesadaran bukan saja sekedar soal pikiran. Ada banyak dimensi yang harus dipertimbangkan. Rasio atau pikiran merupakan salah satu dimensi kesadaran. Bila kita ingin jujur. Kesadaran itu tidak pernah bisa pihami keseluruhan. Kategori bisa saja dicetuskan untuk menentukan kesadaran. Namun, kesadaran selalu saja luput untuk dipahami dan dikategorikan. Situasi ini tentu tidaklah menguntungkan dan mendukung. Kesadaran memang tidak dapat dipahami dengan kategori. Berhadapan dengan situasi seperti ini, kita perlu tetap mengambil suatu keputusan. Pentingya dilakukan hal ini karena sebagai manusia kita harus memiliki suatu pijakan. Pijakan ini tidaklah sesuatu yang tetap. Melibatkan afeksi dipandang cukup mumpuni dalam memahami dan menghayati kesadaran.

Pengalaman keseharian
          Memang keduanya, rasio dan afeksi, memiliki posisinya sendiri. Keberbedaan di anara keduanya memang cukup lebar. Jarak ini kerap menjadi masalah. Walaupun demikian, ada rujukkan yang dapat kita pakai. Pengalaman justru akan menunjukkan kesatuan keduanya dalam kesadaran.
          Pengalaman itu sering dianggap guru yang paling bijaksana. Banyak orang baru memahami sesuatu setelah sesuatu itu terjadi. Pengalaman itu terkait dengan peristiwa. Sesuatu yang sedang dialami tidak akan memberikan suatu pengertian. Makna dari peristiwa itu akan muncul sesudah selang beberapa waktu. Kesadaran ada pada posisi yang seperti ini. Ia seperti suatu pencerahan. Waktu kemunculannya tidaklah serta-merta dengan peristiwa yang dialami. Kesadaran itu selalu melibatkan pikiran dan hati. Pikiran menerawang dengan penalaran logis sehingga apa yang dihasilkan pun selalu terkait apakah sesuatu itu dapat diterima akal budi. Hati yang lebih terkait dengan persaaan memiliki caranya sendiri. Hati juga melakukan penilaian yang kurang lebih dilakukan oleh rasio. Penilaian hati biasanya berkaitan dengan nurani dan moral. Ciri irasional biasanya muncul dari hati. Keduanya saling melengkapi.
          Sebagai manusia, ada banyak pengalaman keseharin yang kita alami. Baik itu bekerja, belajar, bersantai, bersenda gurau, maupun kegiatan-kegiatan lainnya. Semua kegiatan itu selalu kita lakoni di dalam hidup harian. Banyak hanya berlalu begitu saja. Kesia-siaan kerapkali menjadi buat yang kita peroleh. Penemuan atas makna adalah sesuatu yang sulit dicapai. Semua ini bermula dari ketidaksadaran diri. Membuat diri sadar itu menjadi jawabannya. Usaha ini bukanlah perkara sulit tetapi juga tidak mudah. Satu hal yang dituntut adalah kesetiaan. Konsentrasi atas apa yang dilakukan dan melibatkan hati dan pikiran adalah jalannya. Ada tiga point, yakni konsentrasi, pelibatan hati, dan pikiran. Ketiga hal ini harus setia dilaksanakan saat berhadapan dengan berbagai kegiatan. Memang kita tidak mampu menyertakan ketiga hal ini dalam seluruh kegiatan kita. Tentu, ada beberapa kegiatan yang dapat kita lakukan seperti itu. Pelibatan atas ketiga hal ini menciptakan pengendapan pengalaman. Pengendapan itu kemudian direnungkan. Maknanya akan diperoleh. Kesadaran pun tercipta.
          Hidup itu memang penuh kejutan. Kesadaran yang telah diperoleh tidaklah mampu menjadi sesuatu yang tetap. Perkembangan selalu saja akan terjadi. Anggapan bahwa suatu nilai dan makna itu tetap bukanlah suatu yang tetap. Hidup itu dinamis, demikian pula dengan pikiran dan hati. Apa yang disadari saat ini dapat berupah di lain waktu. Perjalanan memahami pikiran dan hati pada posisi masing-masing tanpa saling mengintervensi tidak akan pernah berhenti. Pencarian dan pencarian terus makna dengan demikian juga tidak akan pernah selesai saat ini maupun esok. Harapan dan usaha yang terus menerus adalah jalan yang cukup tepat.

Selasa, 08 Maret 2011

Sebuah Tinjauan Anomi Kejahatan Atas Film Public Enemies


I. Pengantar

Jhon Dillinger adalah seorang penjahat terkenal Amerika pada era 1930’an. Kejahatannya berkaitan dengan perampokan atas bank-bank. Sudah puluhan bank yang menjadi objek rampokanya. Polisi kewalahan menghadapi ulah Jhon Dilinger dan komplotannya itu. Komplotan Jhon Dillinger ini mengindikasikan adanya sisi anomi. Anomi adalah sebuah istilah yang diperkenalkan oleh Émile Durkheim untuk menggambarkan keadaan yang kacau, tanpa peraturan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani a-: "tanpa", dan nomos: "hukum" atau "peraturan". Untuk menganalisa film dari sisi anomi perlulah kiranya melihat isi singkat atau sinopsi film ini. Kemudian, diikuti dengan menganalisa film dari ciri-ciri anomi pada para aktor, terutama Jhon Dilinger.

II. Sinopsis Film Public Enemies
Film yang disutradarai oleh Michael Mann, diawali dengan sebuah kisah yang tragis, yakni penjebolan penjara oleh John Dillinger dan John Hamilton yang menyamar sebagai petugas tahanan. Misinya ialah membebaskan anggota kemplotan mereka. Misi itu sebenarnya menuai hasil yang bagus, namun misi itu ternodai dengan terjadinya baku tembak sehingga terjadi yang tidak diinginkan. Akan tetapi, komplotan yang tersisa melarikan diri dan bersembunyi di bawah perlindungan mafia di Chicago. Kisah selanjutnya, terjadi sebuah renteran perampokan bank. Menarik bahwa di tengah situasi semacam itu, terjadi kisah asmara antara Dillinger dengan Billie Frechette. Kemudian, mereka berpisah. Melvin Purvis, seorang anggota FBI tak henti-hentinya menburu Dillinger. Polisi akhirnya menemukan Dillinger dan menahannya beserta komlotannya di Tucson. Namun, karena kelicikaannya, Dillinger berhasil melarikan diri. Kejahatan Dillinger telah menyebabkan pemerintah Amerika Serikat untuk mulai mengusut kejahatan lintas Negara bagian dan mulai membahayakan bagi usaha perjudian Nitti yang menguntungkan. Kemudian, Dillinger kembali merampok bank di Sioux Fall bersama komplotannya. Di samping itu, setelah berpisah cukup lama dengan kekasihnya, akhirnya Dillinger bertemu kembali dengan kekasihnya dan ia berencana untuk melakukan perampokkan lagi untuk membiayai hidup mereka selanjutnya.Di tengah situasi seperti itu, ia bertemu kembali dengan Allvin Karpis yang ingin merekrutnya untuk merampok kereta api, namun Dillinger tidak tertarik.Akhirnya, dalam sebuah acara nonton di bioskop, polisi berhasil menembak mati Dillinger.

III. Analisa Film Public Enemies
Adapun ciri-ciri dari seorang atau situasi anomi adalah tidak adanya sturktur hirarki nilai bagi dirinya, tidak adanya konsep yang jelas, keterpecahan pribadi, tidak mempunyai otonomi, memiliki banyak keinginan. Analisa film ini sendiri adalah melihat dan menunjukkan ciri anomi yang ada pada para tokoh, terutama Jhon Dilinger.
a. Tidak Memiliki Struktur Hirarki Dan Konsep Yang Jelas Atas Nilai
Jika kita merujuk pada teori Emile Durkheim tentang anomi, kita akan menemukan bahwa anomi terjadi karena ketidakhadiran atau berkurangnya nilai-nilai standar, dan perasaan alienasi dan ketiadaan tujuan. Hal ini sangat umum terjadi jika masyarakat tersebut mengalami perubahan-perubahan besar dalam situasi ekonomi, terlebih bila terjadi kesenjangan besar antara teori-teori dan nilai-nilai ideologis yang diakui dan dipraktekkan . Tetapi kita tahu bahwa orang yang mengalami anomie terus diancam oleh konflik, yang membuatnya tidak bebas karena ia kehilangan orientasi dalam menentukan hirarki nilai, sehingga ia membutuhkan sosok pengatur dalam hidupnya. Dalam film The Public Enemies memang tidak ditunjukkan secara eksplisit apa penyebab kejahatan yang dilakukan oleh John Dillinger (Johnny Depp) dan kawan-kawannya. Menurut hemat penulis, terjadinya kejahatan besar kemungkinan didorong oleh hilangnya struktur hirarki dan konsep atas nilai tersebut. Kekejaman, sikap tidak adanya belas kasihan yang ditunjukkan dalam film ini bisa menjadi bukti bahwa John Dillinger dan kawan-kawannya telah melupakan arti kebebasan manusia sebagai pribadi dan makhluk komunal, serta menganggap rendah nilai hidup manusia. Padahal, seperti yang diketahui bahwa hidup manusia itu sangat bernilai, tetapi dalam film ini mereka telah bertindak nekad dan kejam. Tak ada penghargaan atas hak azasi manusia.
b. Keterpecahan pribadi
Jhon Dillinger sebagai seorang pribadi kokoh dengan niat dan pendiriannya bahkan tega membunuh orang lain, pada dasarnya juga memiliki sifat sentimentil. Hal ini ditunjukkan dengan hubungan yang dekat dan mesra dengan seorang wanita yang bernama Billie Frechette. Di satu sisi, ia adalah orang yang tidak mengenal belaskasihan, yang adalah cinta, tetapi di lain pihak ia juga memiliki rasa cinta yang ditunjukkan dengan hubungannya dengan Billie. Dengan demikian, Jhon Dilinger ini memiliki pribadi yang terpecah atau mendua yang merupakan salah satu ciri orang yang anomi.
c. Tidak mempunyai otonomi
Seorang yang anomi tidak memiliki otonomi. Maksudnya adalah orang yang demikian merupakan orang terkekang oleh suatu hal. Jhon Dilinger adalah orang bebas secara hukum, bahkan lebih tepat adalah pelawan hukum karena memandang hukum dengan sekehendak hati dan pikirannya saja. Namun, ia bersama komplotannya tertekan karena terus diburu oleh keinginannya dan juga oleh pihak berwajib karena perampokkan yang ia lakukan. Secara sederhananya adalah Jhon Dilinger dan komplotannya tidak memiliki otonomi baik atas dirinya maupun atas masyarakat yang diwakili oleh FBI, yakni negara.
d. Mempunyai banyak keinginan
Memiliki banyak keinginan bukanlah suatu yang salah, tetapi ketika keinginan itu membingungkan seseorang sehingga tidak memiliki prioritas yang jelas, maka keinginan iu telah menyebabkan seseorang atau masyarakat berada dalam situasi anomi. Pada film ini, para tokoh terjebak dalam pelbagai keinginan. Banyaknya keingian dari para tokoh dalam film ini tidaklah ditunjukkan secara jelas, tetapi aktor utama, Jhon Dilinger, memperlihatkan bagaimana gaya hidup mereka yang terkesan mewah. Gaya hidup Jhon Dilinger yang mewah ini tentu membutuhkan banyak uang agar cara hidup demikian dapat terpenuhi. Perampokan yang ia lakukan tampaknya guna memenuhi keinginan-keinginan yang ia miliki itu, dan bukan tidak mungkin juga semua komplotannya.

IV. Penutup
Anomi sebagai suatu teori sosial mengenai keterkekangan pribadi maupun kelompok masyarakat sungguh tampak dalam film ini secara khusus pada tokoh Jhon Dilinger. Anomi sendiri itu sendiri tampak jelas pada tokoh Jhon Dilinger yang berlaku seenaknya tanpa merasa ada hukum yang mengikat. Ia seakan-akanl tidak memiliki kekangan, tetapi pada dasarnya orang berada dalam kekangan sehingga dapat dikatakan tidak bebas.

Daftar Pustaka
Dari buku :
Isdaryanto, Johanes Bosco, Lic. Filsafat sosial, Malang : STFT. Widya Sasana. 2005.

Dari internet :
http://id.wikipedia.org/wiki/Anomie, Diakses tanggal 27 Oktober 2010.
http://id.wikipedia.org/wiki/Public_Enemies_(film_2009), Diakses tanggal 1 November 2010.

Sabtu, 26 Februari 2011

Belajar Cepat Butuh Proses



By : Antonius Doni

1. Pendahuluan
Semua orang pasti ingin cepat memahami sesuatu. Namun perlulah dipahami bahwa untuk memahami atau mengerti sesuatu itu bukanlah suatu yang mudah dan instan. Semua itu pastilah memerlukan proses. Orang pada masa kini kadang lupa akan proses itu. Apa yang akan ditunjukan pada tulisan ini merupakan suatu usaha menghayati proses itu. Sebelum kita masuk pada cara belajar cepat, yang tetap memperhatikan proses saya ingin menunjukan suatu tahap yang harus dipahami lebih awal, yakni mengenal gaya belajar. Jadi tulisan ini memiliki dua point besar yang akan menjadi pembahasan utama, pertama gaya belajar dan metode belajar dengan cepat.

2. Gaya Belajar
Dalam majalah Focus on the Family, edisi Oktober 1994, ada sebuah artikel karya Cynthia Ulrich Tobias yang menarik perhatian saya. Artikel tersebut berjudul The Way They Learn. Ny. Tobias menjelaskan bahwa ada empat gaya atau cara kita belajar (menangkap pelajaran) dan ia mendasarkan pokok pikirannya itu pada hasil riset Dr. Anthony F. Gregorc. Menurut Dr. Gregorc, ada dua hal penting yang perlu diketahui tentang bagaimanakah kita menangkap suatu pelajaran.
Pertama adalah persepsi, yakni bagaimanakah kita menangkap sesuatu. Ternyata ada di antara kita yang lebih cepat menangkap sesuatu yang nyata atau konkret dan ada yang lebih cepat menangkap sesuatu yang tidak kasatmata atau abstrak. Kedua, setelah kita menangkap suatu pelajaran atau informasi yang baru, ada di antara kita yang mengatur informasi yang baru itu secara berurutan dan ada yang mengaturnya secara acak. Anak yang bertipe berurutan biasanya menyukai metode belajar satu demi satu sedangkan anak yang bertipe acak lebih menyukai metode belajar secara spontan, tidak harus berurutan. Nah, berdasarkan keempat konsep in i, Ny. Tobias menyusun empat gaya belajar agar orangtua lebih dapat memahami cara anak mereka belajar. Setiap anak sebenarnya memiliki kemampuan untuk menggunakan tipe yang lain namun biasanya anak mempunyai satu tipe yang dominan.
Anak yang bertipe Konkret Berurutan biasanya mengalami kesulitan apabila ia diminta untuk menangkap suatu pelajaran yang bersifat abstrak dan yang memerlukan daya imajinasi yang kuat. Ia cenderung menangkap pelajaran yang dipresentasikan secara verbal dan yang dapat ia lihat. Dengan kata lain, ia membutuhkan banyak contoh atau peragaan dan semua ini disajikan dalam bentuk yang sistematis atau berurutan. Istilah kunci untuk anak yang bertipe Konkret Berurutan ialah satu demi satu dan nyata. Ia tidak bisa diburu-burui sebab ia harus "mengunyah" pelajaran atau informasi yang diterimanya satu per satu. Ini tidak berarti bahwa ia lebih lamban daripada anak lainnya. Keterpakuannya pada kerapian membuatnya sukar menangkap beberapa hal pada waktu yang bersamaan.
Anak yang bertipe Abstrak Berurutan dilengkapi Tuhan dengan kemampuan bernalar yang tinggi. Anak ini cenderung kritis dan analitis karena ia memiliki daya imajinasi yang kuat. Pada umumnya ia menangkap pelajaran atau informasi secara abstrak dan tidak memerlukan peragaan yang konkret. Biasanya ia bersifat pendiam dan menyendiri karena ia sibuk berpikir dan menganalisa. Ia pun lebih menyukai pelajaran atau informasi yang disajikan secara berurutan atau sistematis. Bagi anak ini, istilah kuncinya adalah, satu demi satu dan imajinatif.
Sebaliknya, bagi anak yang bertipe Abstrak Acak, pelajaran yang disajikan secara berurutan atau sistematis tidaklah menarik. Cara belajarnya tidak teratur dan penjadwalan sangatlah menyiksanya. Ia tidak terbiasa terpaku oleh pengajaran di dalam 0kelas; baginya semua pengalaman hidup merupakan pelajaran yang berharga. Istilah kunci untuk tipe ini ada!ah spontan dan imajinatif.
Anak yang bertipe Konkret Acak adalah anak yang penuh dengan energi dan ide-ide yang segar. Ia belajar banyak melalui pancainderanya dan tidak terlalu tertarik dengan hal-hal yang memerlukan penalaran secara abstrak. Ciri praktisnya yang diperkuat oleh kemampuannya menerima pelajaran secara acak membuatnya menjadi seorang anak yang penuh dengan ide-ide yang baru. Kesulitannya adalah melakukan hal-hal yang sama sebab baginya hal ini sangatlah membosankan. Anak bertipe ini cenderung mengalami masalah dalam sistem pengajaran di sekolah karena ia bukanlah tipe penurut. Istilah kunci baginya adalah spontan dan nyata.
Sebagaimana kita dapat melihatnya, setiap anak (dan juga kita) belajar dengan cara yang berbeda. Sebagai orangtua atau pendidik sangatlah penting bagi kita untuk mengenal ciri belajar anak kita. Pemahaman yang tepat sudah tentu akan menghasilkan buah yang optimal. Sebagai penutup, di bawah ini akan dituliskan satu kuesioner yang dikembangkan oleh Ny. Tobias berdasarkan karya pikir Dr. Gregorc. Pembaca dapat mengisinya sendiri dan setelah itu mengisinya untuk anak Anda. Siapa tahu bermanfaat!
Apakah Gaya Anda?
Paparkanlah kecenderungan Anda pada umumnya. Bubuhkanlah tanda cawang (V) pada kotak yang terletak di depan setiap kalimat yang paling mencerminkan kecenderungan Anda.
Jawablah sebanyak-banyaknya kalimat-kalimat yang mencerminkan ciri-ciri Anda.
Konkret Berurutan
• Lebih suka melakukan sesuatu dengan cara yang sama.
• Paling cocok bekerja sama dengan orang-orang yang tidak ragu-ragu dalam mengambil tindakan dengan segera.
• Lebih tertarik akan hal-hal yang nyata atau konkret daripada mencari-cari suatu makna yang tersembunyi.
• Lebih menyukai ruangan yang bersih dan rapi.
• Bertanya, "Bagaimanakah saya mengerjakannya?"
• Konkret Acak
• Memecahkan masalah dengan kreatif.
• Bertindak tanpa pikir panjang.
• Paling cocok bekerja sama dengan orang-orang yang dapat mengikuti saya.
• Menyukai perubahan-perubahan di sekitar saya.
• Memilih hanya mempelajari hal-hal yang perlu diketahui.
• Abstrak Berurutan
• Menginginkan sebanyak mungkin informasi sebelum mengambil suatu keputusan.
• Membutuhkan waktu yang cukup untuk mengerjakan suatu tugas dengan baik.
• Lebih suka menerima pesan-pesan atau penugasan dalam bentuk tulisan daripada sekadar lisan.- Ingin tahu dari manakah orang itu mendapatkan faktanya.
• Bertanya, "Di manakah saya bisa memperoleh lebih banyak informasi?"
• Abstrak Acak
• Lebih suka mengecek dengan orang lain dulu sebelum mengambil keputusan akhir.
• Berusaha peka dengan perasaan orang lain.
• Mudah bekerja sama dengan orang lain.
• Tidak merasa terganggu dengan ruangan yang berantakan.
• Meminta pendapat orang lain sewaktu merasa bimbang.

3. Cara belajar dengan cepat
Lalu bagaimana caranya untuk belajar cepat ? Konsep belajar cepat yang saya anjurkan adalah konsep MASTER. Istilah MASTER di sini adalah singkatan dari Motivating your mind, Acquiring the information, Searching out the meaning, Triggering the memory, Exhibiting what you know, dan Reflecting what you’ve learned. Berikut ini keterangan detailnya:
1. Motivating your mind (memotivasi pikiran)
Langkah pertama dalam belajar cepat adalah motivasi. Ini penting sekali. Berapa banyak orang yang berusaha untuk belajar tanpa motivasi ? Mereka menganggap belajar sebagai suatu bentuk "penderitaan". Dengan sikap seperti ini bisa dibilang secara bawah sadar otak akan menolak informasi yang masuk karena dianggap negatif ! Jelas saja kita jadi sangat sulit belajar. Bandingkan dengan orang yang termotivasi, yang menganggap belajar itu seru dan mengasyikkan. Secara bawah sadar otak akan dengan senang hati mempersilakan informasi untuk masuk.
2. Acquiring the information (memperoleh informasi)
Ada tiga gaya belajar utama, yaitu visual (melalui penglihatan), auditori (melalui pendengaran), dan kinestetik (melalui tindakan). Kita akan lebih cepat menangkap informasi kalau kita belajar sesuai dengan gaya belajar kita. Oleh karenanya kita perlu mengenali gaya belajar yang cocok untuk kita lalu mempraktekkannya. Hasilnya kita akan lebih cepat menangkap informasi.
3. Searching out the meaning (menyelidiki makna)
Sekedar membiarkan informasi masuk sama sekali tidak cukup. Kita harus berusaha untuk mendapatkan makna dari informasi itu. Ini sama seperti mencerna informasi yang masuk sampai memahami hakikatnya luar dalam. Jadi bukan hanya menghafalkan fakta, tapi terus maju sampai memahami konteksnya dan penerapannya untuk hal-hal lain. Berapa banyak orang yang hanya berusaha menghafal fakta tanpa memahami maknanya ?
4. Triggering the memory (memicu memori)
Memahami makna merupakan hal yang sangat penting, tapi kita juga harus mampu mengingat fakta. Banyak orang yang punya daya ingat luar biasa. Contohnya ada orang Jepang yang menghafalkan angka pi sampai ribuan angka di belakang koma ! Ck…ck… (biasanya kita hanya hafal dua angka yaitu "14" dari "3.14"). Ada banyak teknik yang bisa memudahkan kita mengingat fakta. Singkatan seperti "MASTER" merupakan salah satunya. Akan jauh lebih mudah untuk mengingat enam langkah Accelerated Learning kalau kita memakai singkatan "MASTER".
5. Exhibiting what you know (memamerkan apa yang anda ketahui)
Memamerkan di sini bukan berarti sok tahu. Yang dimaksud adalah kita harus berusaha membagikan ilmu kita ke orang lain. Saat membagikan ilmu ke orang lain kita justru akan mendapatkan lebih banyak lagi ! Percaya tidak ? Saya sendiri sudah sering membuktikan hal ini. Bagi saya, salah satu penerapan langkah kelima ini adalah menulis blog. Apa yang saya dapat saya bagikan dalam bentuk blog. Dan hasilnya … luar biasa ! Saya sendiri jadi jauh lebih mengerti tentang topik yang ditulis. Apalagi kalau mendapatkan masukan dari teman-teman dalam bentuk komentar.
6. Reflecting what you’ve learned (merefleksikan bagaimana Anda belajar)
Nah, inilah langkah terakhir dalam konsep MASTER. Kita mesti mengevaluasi cara belajar kita. Mengapa ? Sebab setiap orang punya cara belajar yang unik yang berbeda dengan orang lain. Kita mesti mengembangkan gaya belajar pribadi yang paling cocok dengan kita. Dan ini tentu tidak bisa dicapai dalam waktu semalam. Kita harus mencoba, mengevaluasi, memperbaiki apa yang kurang, lalu mencoba lagi, dan seterusnya. Dengan terus mengevaluasi perlahan-lahan gaya belajar kita akan semakin tajam dan cocok dengan kita.
Begitulah enam langkah konsep MASTER. Saya sangat suka konsep ini dan saya belajar untuk menerapkannya, meskipun masih kurang di sana-sini. Menurut saya, keenam langkah ini memang jitu untuk belajar cepat.

Penutup
Kira-kira inila saran yang dapat saya sampaikan mengenai cara bagaimana agar kita mampu belajar dengan cepat. Belajar dengan cepat sekarang ini merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditelorir lagi. Dunia kerja dan pendidikan menuntut hal yang sama bagi setiap orang yang terlibat di dalamnya. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang hidup di jaman yang seperti ini haruslah pandai-pandai menggunakan kesempatan dan peluang yang ada sehingga dapat memperoleh apa yang hendak kita capai, tetapi perlu diingat bahwa semua ini butuh proses dan bukanlah suatu yang insatan. Saya kira semua orang pasti hendak mencapai yang namanya kebahagiaan. Belajar bagi sebagian orang mungkin meyusahkan tetapi bila sudah menjadi habitus. Belajar adalah suatu kegiatan yang mengasikan dan membahagiakan karena akan berjumpa dengan banyak hal. Kita akan semakin diperkaya. Dan hidup kita akan semakin dilimpahi dengan pandangan dan nilai-nilai serta ide-ide yang segar dan baru. Semoga tulisan ini membawa berkah bagi banak orang.

Selasa, 23 November 2010

Cintailah Tanah Air Melalui BudayaMu!

Pendahuluan
Ini adalah sebuah lagu wajib yang mungkin sudah banyak orang tidak lagi mengenalnya. Melalui lagu wajib ini saya ingin mengajak kita semua merenung apakah rasa penghormatan dan cinta tanah air seperti yang terdapat pada syair ini masih bergaung dengan hebatnya dalam sanubari kita.

Tanah Airku

(Ciptaan : Ibu Sud)

Tanah airku tidak kulupakan
Kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh
Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai
Engkau kuhargai
Walaupun banyak negri kujalani
Yang masyhur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku
Di sanalah kurasa senang
Tanahku tak kulupakan
Engkau kubanggakan

Cinta akan tanah air mengalahkan cinta akan negeri lain. Orang yang cinta akan tanah airnya tampak dari merasa damai, tenang dan bangga atas apa yang dimiliki oleh bangsanya. Orang-orang yang demikian semakin sulit untuk kita temui di tanah air tercinta ini. Sekarang banyak orang mengagumi negara lain. Bahkan apa yang menjadi tren anak muda indonesia saat ini salalu merujuk pada negera lain. Negara yang selalu menjadi rujukan untuk tren anak muda indonesia adalah Amerika dan sejumlah negara di Eropa dan beberapa negara Asia, seperti Jepang, Korea. Selain itu, ada kebiasaan di antara para anak muda untuk pergi nongkrong di mal-mal. Apakah ini merupakan kebudayaan kita? Bahkan ada anggapan bahwa anak muda yang tidak pernah bahkan jarang ke mal adalah anak yang tidak gaul. Gaya berpakaian juga harus meniru gaya pakaian anak muda dari negara rujukan tren.

Gaya Hidup
Gaya hidup anak muda dan bahkan orang dewasa saat ini menimbulkan keprihatianan yang amat mendalam. Gaya hidup mereka ini membuat bangsa ini sepertinya akan kehilangan jati dirinya. Kehilangan jati diri ini kan berimbas pada penghayatan rasa kesatuan sebagai sebuah bangsa yang memiliki kebudayaan yang khas dan beragam. Apabila hal ini muncul, maka Indonesia sebagai sebuah Negara yang mengaku memiliki kebudayaan yang beragam dan unik akan hilang. Hilangnya sebuah bangsa yang nyatanya masih eksis sungguh suatu yang tidak masuk akal. Akan tetapi, hal itu dimungkinkan karena kita sebagai warga negara indonesia ini tidak lagi menghargai budaya sendiri.
Globalisasi merupakan salah satu alasan yang sering dipakai sebagai kambing hitam atas segala hal yang terjadi pada anak muda kita ini. Haruslah diakui bahwa globalisasi tidak dapat kita pungkiri. Globalisasi memuat di dalamnya gagasan-gagasan yang memungkinkan komunikasi lintas negara bahkan benua dalam waktu yang sama dan sekejab. Hal ini membuat kita memahani bahwa globalisasi menjadikan batas wilayah setiap negara menjadi kabur. Bahkan Globalisasi membawa budaya sendiri yakni budaya pluralistik yang lebih banyak memuat unsur kebudayaan barat. Namun benarkah globalisasi yang menyebabkan semuanya rasa cinta tahah air juga hilang. Menurut hemat penulis, hal itu dapat dibenarkan di satu sisi. Namun di lain sisi, ada juga kesalahan dari kita, sebagai anggota bangsa dan negara indonesia, karena kurang menanamkan rasa cinta atas kebudayaan sendiri sehingga anak muda kita dan bahkan kita justru meniru kebudayaan dari negara lain.

Strategi Membangun Kebudayaan
Rasa cinta akan tanah air sendiri harus dimulai dari diri sendiri. Kita harus menggerakkan dalam diri kita pengenalan akan budaya kita sendiri. Pengenalan atas budaya sendiri, secara perlahan-lahan menciptakan wawasan yang mendalam atas budaya. Wawasan yang mendalam atas budaya menghantar kita untuk semakin mencintai negara ini. Sungguh menarik bahwa indonesia memiliki banyak budaya. Hal ini tidak lepas dari keragaman etnik, ras dan agama di Indonesia ini. Adalah orang yang sempit pikirannya bila hanya terpusat pada budaya suatu suku saja dan bahkan bisa menjadi etnosentris. Memang harus diakui bahwa belum ada satu budaya yang sungguh-sungguh dapat mempersatukan seluruh indonesia ini. Lalu, apa yang harus kita lakukan demi membangun rasa cinta akan tanah air?
• Barakar Pada Budaya Masing-Masing
Ada baiknya, kita pertama-tama kenal budaya kita masing-masing. Setelah kita merasa cukup mengenal bahkan berakar pada budaya sendiri, mengenal kebudayaan orang lain juga merupakan suatu hal yang penting. Orang yang berbudaya bukanlah orang yang hanya terkungkung oleh budayanya sendiri, tetapi juga memiliki cakrawala yang luas atas budaya orang lain. Disinilah kelihatan pentingnya berakar pada budaya sendiri sembari pula mengenal budaya orang lain. Lebih lanjut lagi, dengan berakar pada budaya sendiri memampukan kita pula untuk menghargai kebudayaan orang lain. Perlu diingat bahwa kebudayaan itu muncul demi memanusiakan manusia. Seorang yang memiliki gagasan memanusiakan menusia lain memiliki di dalam dirinya suatu rasa tenggang rasa dan hormat-menghormati terhadap orang yang berbeda dengan dirinya. Gagasan bahwa budaya itu memanusiakan manusia, tentunya harus membangkitkan pula rasa cinta atas budaya lain.
• Wawasan Budaya dan Pengetahuan yang Luas
Seperti yang sudah diutarakan pada bagian sebelumnya bahwa orang yang berbudaya adalah orang yang memiliki wawasan yang luas tentang kebudayaan. Seseorang yang tidak lagi hanya terkungkung oleh sikap etnosentrik adalah orang yang sudah berakar pada budaya sendiri. Hal ini dimungkinkan karena pada dasarnya kebudayaan itu selalu berkembang dan memanusiakan manusia. Orang yang tidak entnosentris akan melihat bahwa budaya yang di milikinya akan semakin bertambah apabila mengetahuai budaya orang lain pula. Demikian pula, wawasan kebudayaan selalu membuat manusia semakin dimanusiakan. Hal ini dimungkinkan karena melalui interaksi dengan budaya orang lain, pengetahuan akan memanusiakan manusia pun akan semakin bertamabah. Secara sederhana adalah melalui wawasan budaya luas, nilai-nilai kehidupan kita semakin diperkaya dengan adanya nilai-nilai kehidupan yang ada pada kebudayaan orang lain.
Wawasan budaya yang luas tidak diukur berdasarkan banyaknya pengetahuan seseorang atas budaya orang lain, tetapi bagaimana melalui pengetahuan budaya yang luas itu, budayanya sendiri semakin dijunjung tinggi seraya dikembangkan ke arah yang lebih baik. Arah yang lebih baik adalah arah di mana manusia semakin dimanusiakan. Tidaklah pernah suatu budaya berkembang tanpa ada relasi dengan budaya lain, demikian pula bila rasa cinta akan tanah air tidak membuat seseorang menolak belajar tentang banyak hal lain yang berasal dari negara-negara lain. Sehingga globalisasi dapat kita pandang sebagai sarana untuk memiliki wawasan yang luas akan budaya orang lain, dan bukan saja sebagai sesuatu yang buruk bagi perkembangan kebudayaan daerah dan nasional.

Penutup
Gagasan dasar tulisan ini memang mengajak anak muda indonesia mencintai tanah air melalui kebudayaan bangsa indonesia. Lalu, bagaimana dengan kebudayaan bangsa lain? Apakah harus ditolak? Kiranya bukan itu maksud yang hendak dicapai. Maksudnya adalah sebelum kita mengenal bahkan terkagum-kagum dengan kebudayaan lain, kita harus berakar dalam budaya indonesia sendiri kebudayaan sendiri dan ahkirnya bukanlah mengajak anak muda kita menganut etnosentris dan chauvinisme. Wawasan budaya yang luas guna membangun budaya kita ke arah yang lebih baik di mana manusia semakin dimanusiakan.